Harta, Jabatan, atau Amal? Renungan tentang Hakikat Kehidupan - KH Ahmad Hasyim Muzadi

Daftar Isi

Ceramah KH Ahmad Hasyim Muzadi

Disclaimer: Artikel ini berasal dari pemikiran KH Ahmad Hasyim Muzadi yang disampaikan dalam ceramahnya. Penulis berusaha menyampaikan kembali dengan bahasa yang lebih sederhana agar lebih mudah dipahami. Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan renungan bagi penulis sendiri dan juga bermanfaat bagi para pembaca.

Kematian adalah pelajaran hidup yang paling nyata bagi siapa pun yang masih memiliki hati bersih dan pikiran jernih. 

Saat seseorang meninggal dunia, kita sering mengucapkan Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, yang berarti "Sesungguhnya kita ini milik Allah, dan kepada-Nya kita akan kembali." Namun, sudahkah kita benar-benar memahami maknanya? Kalimat ini mengingatkan bahwa kita sebenarnya tidak memiliki diri kita sendiri. 

KH. Hasyim Muzadi mengatakan, “Kita ini terhadap diri kita hanya punya hak pakai dan tidak punya hak milik atas diri kita sendiri.” Tubuh, nyawa, dan kehidupan ini hanyalah titipan, dan pada akhirnya semuanya akan kembali kepada Sang Pencipta.

Lalu, jika kita tidak memiliki diri kita sendiri, apa yang benar-benar menjadi milik kita? Jawabannya adalah amal. Harta, jabatan, dan status tidak akan kita bawa saat meninggal, tetapi amal kebaikan akan tetap bersama kita hingga akhirat. 

Seperti yang beliau sampaikan, "Yang dimaksud amal bukan hanya sedekah. Sedekah itu bagian kecil dari amal. Perilaku, tindakan, karakter, dan apa saja yang kita perbuat itulah yang menjadi amal kita. Kalau baik ya baik, kalau buruk ya buruk." 

Allah pun telah berjanji bahwa amal baik tidak akan pernah sia-sia, meskipun tidak diakui atau bahkan dicemooh oleh orang lain: "Innallaha la yudhi’u amala amilin mingkum dzakarin aw untsa."

Karena itu, hidup bukan hanya tentang mengumpulkan kekayaan atau mengejar status sosial saja, tetapi tentang bagaimana kita memproses semua yang telah Allah berikan menjadi amal yang baik.

KH. Hasyim Muzadi mengingatkan, "Timbul sebuah pertanyaan, lalu sesungguhnya yang kita miliki sebenarnya apa kalau semuanya bukan milik kita?"  

Saat ajal menjemput, satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita bukanlah uang atau jabatan, melainkan kebaikan yang telah kita lakukan di dunia. 

Penulis merenungkan pesan yang ingin disampaikan oleh Almaghfurllah KH Ahmad Hasyim Muzadi. 

Intinya, kita diajak untuk memahami kembali makna hidup, bahwa kehidupan bukan sekadar tentang mengumpulkan harta atau mengejar jabatan, tetapi lebih kepada bagaimana kita memanfaatkannya untuk kebaikan.

Semua yang kita kira milik kita—tubuh, nyawa, bahkan napas—hanyalah titipan. Kita hanya punya hak pakai, bukan hak milik! 

Lalu, apa yang benar-benar milik kita? Amal!

Amal bukan sekadar sedekah recehan. 

Amal adalah seluruh perbuatan kita—karakter, langkah, perjuangan! Baik atau buruk, semuanya akan kembali pada kita. Tak ada yang sia-sia di mata Tuhan.

Lalu bolehkah kita kaya? Ya kalau bisa mengharuskan, kita harus kaya. Sebab dengan kaya kita bisa berzakat kemudian bershadaqah, dan melakukan lebih banyak amal untuk kemaslahatan umat.

Lantas, mau apa lagi? Jangan terlena! Saat ajal menjemput, harta dan jabatan saja belum bisa menjamin keselamatkan kita. 

Jika kita diberikan amanah oleh Allah dengan harta dan jabatan maka pastikan harta dan jabatan yang kita terima bisa menjadi ladang amal kebaikan bagi umat.

Hanya amal yang akan menemani kita ke alam baka. 

Maka, mari sama-sama bergerak! Menjadi manusia yang berjuang, berbuat baik, dan meninggalkan jejak kebaikan yang tak lekang oleh waktu!

Siapa KH Ahmad Hasyim Muzadi?
KH. Ahmad Hasyim Muzadi (1944–2017) adalah ulama dan tokoh nasional yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PBNU selama dua periode (1999–2010). Dikenal sebagai sosok nasionalis dan pluralis, ia aktif di organisasi kepemudaan Islam sebelum meniti karier di NU dan politik. Selain pernah menjadi anggota DPRD Jawa Timur dan calon wakil presiden pada 2004, ia juga mengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam di Malang dan Depok. Setelah purna tugas di PBNU, ia menjabat sebagai Wakil Rais Aam (2010–2015), terus berdakwah, dan berkontribusi dalam pendidikan hingga akhir hayatnya.
Malang, 03/03/2025 (Adj)

Posting Komentar